بسم الله الرحمن الرحيم.
Dikatakan:
Mereka orang orang yang melampau, juga sangat berlebihan di dalam memuliakan
guru-guru mereka dan sangat berlebihan di dalam kecintaannya,baik di dalam
fikah mahu pun juga di dalam tasawuf.
Kalau kamu
tengok tasawuf, tasawuf semuanya berisi adab dan kerendahan diri, akan tetapi
mereka membuatnya menjadi kesombongan…apakah ini tasawuf? Ini..ini..sangat
bertentangan dengan hakikat tasawuf.
Yang ni
berbangga diri..yang ni mengaku-ngaku..yang ni membatasi orang lain; ini sangat
bertentangan dengan hakikat tasawuf, ini betul-betul menyimpang dari tasawuf.
Orang mengaku
sufi, mereka berkata: “Sudah, yang saya tau dari guru kita adalah satu-satunya
guru di alam semesta ni, tak dak satu pun yang menyamainya.”
Oh! Wali
Kutub di zamannya, pemimpin para wali, Wali Kutub zaman dahulu,dan yang akan
datang. Kalu memang benar gurumu itu Wali Kutub zaman ni..
Adakah dia
mengajar kepadamu merendahkan muslim yang lain?
Adakah dia
mengajar kepadamu berburuk sangka terhadap mukmin yang lain?
Adakah dia
mengajar kepadamu membatasi kebaikan di satu tempat?
Kalu memang
demikian gurumu, maknanya dia bukan Wali Kutub, tapi seorang yang jatuh dari
pandangan Allah.
Kalu memang
gurumu tak ajar yang demikian itu, dari mana hang dapatkan pemahaman semacam
ni?
Kami tak
tau kalu ada Wali Kutub yang mengajar berburuk sangka,..kami tak tau ni. Demi
Allah, tak dak yang sedemikian.
Tak dak
Wali Kutub yang ajar berburuk sangka sama sekali. Dari zaman Nabi sampai la ni,
tak mumkin seorang Wali Kutub mengajar berburuk sangka.
Mumkin Wali
Kutubmu mengajarkan kepadamu merendahkan orang lain..
“Cukuplah
kejelekan bagi seseorang jika meremehkan muslim lainnya.”-al-hadis.
Tak
tergambar yang demikian ini, tapi ini la yang disebut dengan melampau[غلو].
Tiada ulasan:
Catat Ulasan