Isnin, 8 Februari 2016

Nasihat Sidi Al-Habib:

بسم الله الرحمن الرحيم.

Dikatakan: Mereka orang orang yang melampau, juga sangat berlebihan di dalam memuliakan guru-guru mereka dan sangat berlebihan di dalam kecintaannya,baik di dalam fikah mahu pun juga di dalam tasawuf.
Kalau kamu tengok tasawuf, tasawuf semuanya berisi adab dan kerendahan diri, akan tetapi mereka membuatnya menjadi kesombongan…apakah ini tasawuf? Ini..ini..sangat bertentangan dengan hakikat tasawuf.
Yang ni berbangga diri..yang ni mengaku-ngaku..yang ni membatasi orang lain; ini sangat bertentangan dengan hakikat tasawuf, ini betul-betul menyimpang dari tasawuf.
Orang mengaku sufi, mereka berkata: “Sudah, yang saya tau dari guru kita adalah satu-satunya guru di alam semesta ni, tak dak satu pun yang menyamainya.”
Oh! Wali Kutub di zamannya, pemimpin para wali, Wali Kutub zaman dahulu,dan yang akan datang. Kalu memang benar gurumu itu Wali Kutub zaman ni..
Adakah dia mengajar kepadamu merendahkan muslim yang lain?
Adakah dia mengajar kepadamu berburuk sangka terhadap mukmin yang lain?
Adakah dia mengajar kepadamu membatasi kebaikan di satu tempat?
Kalu memang demikian gurumu, maknanya dia bukan Wali Kutub, tapi seorang yang jatuh dari pandangan Allah.
Kalu memang gurumu tak ajar yang demikian itu, dari mana hang dapatkan pemahaman semacam ni?     
Kami tak tau kalu ada Wali Kutub yang mengajar berburuk sangka,..kami tak tau ni. Demi Allah, tak dak yang sedemikian.
Tak dak Wali Kutub yang ajar berburuk sangka sama sekali. Dari zaman Nabi sampai la ni, tak mumkin seorang Wali Kutub mengajar berburuk sangka.
Mumkin Wali Kutubmu mengajarkan kepadamu merendahkan orang lain..
“Cukuplah kejelekan bagi seseorang jika meremehkan muslim lainnya.”-al-hadis.

Tak tergambar yang demikian ini, tapi ini la yang disebut dengan melampau[غلو].

Tiada ulasan:

Catat Ulasan